Sengaja pagi itu aq browsing-browsing di internet tentang hal-hal yang membuat aq tenang. Tentang sebuah nasehat pernikahan. Pagi itu benar-benar aku merasa egoku benar-benar terusik, hehe. (Biasa wanita suka sensitif klo pas lagi tiiiiiiiit ). Jadinya sengaja aq mencari sesuatu yg bisa menghibur diriku plus sesuatu yg bisa menasehatiku. Biasa, aku lagi bad mood suka cari nasehat sendiri cz klo lagi panas-panas gni denger nasehat dari orang lain tuh rasanya mendal bangett hehe. Nahhh akhirnya aq menemukan sebuah postingan yg baguuuuuuuus bngedd. Nih dia ya aq sharekan, insyaAllah uda diijinin ma yg punya. (mkasih bwt penulisnya ^^). Judulnya 6 Batu Ujian. Ini dia isinya.
"Bagaimana kami tahu bahwa cinta kami cukup dalam untuk menghantar kami ke arah berdampingan seumur hidup, menuju kepada kesetiaan yang sempurna? Bagaimana kami dapat yakin bahwa cinta kami ini cukup matang untuk diikat sumpah nikah serta janji untuk berdampingan seumur hidup sampai maut memisahkan?
Pertama, Ujian untuk merasakan sesuatu bersama
Cinta sejati ingin merasakan bersama, memberi, mengulurkan tangan. Cinta sejati memikirkan pihak yang lainnya, bukan memikirkan diri sendiri. Jika kalian membaca sesuatu, pernahkah kalian berpikir, aku ingin membagi ini bersama sahabatku? Jika kalian merencanakan sesuatu, adakah kalian hanya berfikir tentang apa yang ingin kalian lakukan ataukah apa yang akan menyenangkan pihak lain? Sebagaimana Herman Oeser, seorang penulis Jerman pernah mengatakan,"Mereka yang ingin bahagia sendiri, janganlah menikah. Karena yang penting dalam perkawinan ialah membuat pihak yang lain bahagia. Mereka yang ingin dimengerti pihak yang lain janganlah menikah. Karena yang penting disini ialah mengerti pasangan.
Maka batu ujian yang pertama adalah :
"Apakah kita bisa sama-sama merasakan sesuatu?? Apakah aku ingin bahagia atau membuat pihak yang lain bahagia?"
Kedua, Ujian Kekuatan
Saya pernah menerima surat dari seseorang yang jatuh cinta, tapi sedang risau hatinya. Dia pernah membaca entah dimana, bahwa berat badan seseorang akan berkurang kalau orang itu betul-betul jatuh cinta.
Meskipun dia sendiri mencurahkan segala perasaan cintanya, dia tidak kehilangan berat badannya dan inilah yang merisaukan hatinya. Memang benar, bahwa pengalaman cinta itu juga bisa mempengaruhi keadaan jasmani. Tapi dalam jangka panjang cinta sejati tidak akan menghilangkan kekuatan kalian, bahkan sebaliknya akan memberikan kekuatan dan tenaga baru pada kalian. Cinta akan memenuhi kalian dengan kegembiraan serta membuat kalian kreatif dan ingin menghasilkan lebih banyak lagi.
Batu ujian kedua :
"Apakah cinta kita memberi kekuatan baru dan memenuhi kita dengan tenaga kreatif ataukah cinta kita justru menghilangkan kekuatan dari tenaga kita?"
Ketiga, Ujian Penghargaan
Cinta sejati berarti juga menjunjung tinggi pihak lain. Seorang gadis mungkin mengagumi seorang jejaka, ketika ia melihatnya bermain bola dan mencetak banyak gol. Tapi jika ia bertanya pada diri sendiri, "apakah aku menginginkan dia sebagai anak-anakku?", jawabnya sering sekali menjadi negatif. Seorang pemuda meungkin mengagumi seorang gadis, yang dilihatnya sedang berdansa. Tapi sewaktu ia bertanya pada diri sendiri, "apakah aku menginginkan dia sebagai ibu dari anak-anakku?", gadis tadi mungkin akan berubah dalam pandangannya.
Pertanyaannya ialah : "Apakah kita benar-benar sudah punya penghargaan yang tinggi satu kepada yang lainnya? Apa aku bangga atas pasanganku?"
Keempat, Ujian Kebiasaan
Pada suatu hari seorang gadis Eropa yang sudah bertunangan datang pada saya. Dia sangat risau, "Aku sangat mencintai tunanganku,"katanya, "tapi aku tak tahan caranya dia makan apel". Gelak tawa penuh pengertian memenuhi ruangan. "Cinta menerima orang lain bersama dengan kebiasaannya. Jangan menikah berdasarkan paham cicilan, lalu mengira bahwa kebiasaan-kebiasaan itu akan berubah di kemudian hari. Kemungkinan besar itu takkan terjadi. Kalian harus menerima pasanganmu sebagaimana adanya beserta segala kebiasaan dan kekurangannya.
Pertanyaannya : "Apakah kita hanya saling mencintai atau juga saling menyukai?"
Kelima, Ujian Pertengkaran
Bilamana sepasang muda-mudi datang mengatakan ingin kawin, saya selalu menanyakan mereka apakah mereka pernah sesekali benar-benar bertengkar- tidak hanya berupa perbedaan pendapat yang kecil, tetapi benar-benar bagaikan berperang. Seringkali mereka menjawab, "Ah belum pernah, pak, kami saling mencintai". Saya katakan kepada mereka, "bertengkarlah dahulu-barulah akan aku nikahkan kalian". Persoalannya tentulah, bukan pertengkarannya, tapi kesanggupan untuk saling berdamai lagi. Kemampuan ini mesti dilatih dan diuji sebelum menikah.
Pertanyaannya : "Bisakah kita saling memaafkan dan saling mengalah?"
Sebenarnya ada satu ujian lagi yaitu Ujian waktu. Tapi saya kurang sreg karena pada "ujian waktu" seakan-akan kita diperbolehkan berpacaran untuk saling mengenal satu sama lain dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menentukan sejauh mana kita mengenali pasangan kita. Jadi menurut saya yang paling pas/ sesuai dengan diri saya cuma 5 ini saja, hehe. Semoga begitu juga dengan sahabat bunda sekalian.
Asliii...setelah baca 6 batu ujian ini, rasanya maluuuuu banget. Ternyata banyak banget yang belum bisa aku lakukan sebagai istri yang sholehah, masih banyak kesalahan yang aku lakukan pada suamiku, dan masih banyak lagi kekurangan-kekurangan laen. Bahkan bisa disimpulkan seandainya ujian ini ada nilainya, pasti aku sering dapet nilai D, dan harus mengulang ujian ini berkali-kali..huhuhu. Maafkan aku ya swamiku, you're the best thing i have. I'm proud to having you my love ^*^. Makasih ya uda sabar membimbing bunda untuk jadi wanita sholehah penghuni surga ^^.
Sekian dulu ya sahabat, klo ada yang masih kurang sreg silahkan komen dibawah ini ya ^^.Tenkyuuuuu...
Salam ruang rindu :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar