"Ayah..Ibu...aku ingin membahagiakan kalian...."
Kira-kira hanya itu do'a yang aku panjatkan setiap hari. Simple sekali, aku hanya ingin mereka tersenyum bahagia melihatku sukses dan bangga mengatakan bahwa "itu indah, anakku". Tapi sayang, kata "bahagia" yang ada dalam kamus ayah dan ibu berbeda dengan "bahagia" dalam kamusku. Dalam kamus ayah-ibu, mereka bahagia jika anaknya jadi Pegawai Perusahaan Terkenal (PNS/Swasta), punya rumah elite, punya mobil berkelas, bisa nginep dihotel sesuka hati, makan disemua jenis restoran tanpa nglirik isi dompet, jalan-jalan keluar negeri setiap hari bahkan kalo bisa setiap jam ato bahkan setiap detik..(doremon kali yg punya pintu ajaib xixixi). Ya ..itu impian ayah-ibuku dan bahkan mungkin mimpi semua orang tua di dunia yang ingin melihat anak-anak mereka sukses. Bukannya saia gak maw sukses, saya ingin kok jadi orang SUKSES ^^ sapa juga yg maw susah di sepanjang hidupnya. Hidup hanya sekali kan?..
Ayah..Ibu..percayalah anakmu ini sangat....sangat Ingin SUKSES tapi sukses dunia akhirat. Maksudnya..tolak ukur sukses tuh gak hanya buat sukses di dunia aja kan?tapi sukses kita di dunia ini juga harus menjadi bekal kesuksesan kita di akhirat kelak. Semua yang telah kita kerjakan di dunia ini akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak, betul kan?. Saia gak ingin mudah begitu saja menjabat sebagai manager atau pimpinan dalam sebuah instansi/perusahaan dengan cara melibas teman, adu domba sana-sini ato dengan cara-cara lain yang tidak baik. Mungkin jalan mereka akan cepat mendapatkan kesuksesan tapi apa iya suksesnya itu dunia akhirat?..
Ayah,,ibu...yakinlah..anakmu ini juga sedang mencari yang namanya SUKSES. Hanya saja jalan yang ditempuh anakmu ini sedikit berbeda. Anakmu ini agak nyleneh dibanding anak-anak yang lain. Anakmu ini gak suka jika harus trimo ing pandum. Anakmu ini gak suka jika harus diperintah-perintah sesuatu yang tidak diperbolehkan agama, Anakmu ini suka melawan jika ada sesuatu yang salah. Anakmu ini gak bisa mikirin diri sendiri . Anakmu ini gak sabar jika harus menunggu perintah, ...dll. Tapi ayah..ibu..bolehka aku bertanya suatu hal? "siapakah yang mendidikku selama ini?" bukankah kalian yang mendidikku selama ini, bukankah kalian yang mengajariku untuk bersuara lantang jika ada kedzaliman, bukankah kalian yang mengajarkan aku nilai-nilai islam? bukankah kalian juga yang mengajarkan aku untuk selalu aktif, kreatif dalam menyelesaikan permasalahan? bukankah kalian yang selalu menyuruhku untuk menjadi pribadi yang tidak "trimo ing pandhum"?..lantas mengapa sekarang kalian menyalahkan sikapku??
Ayah..Ibu seandainya aku bisa meminta pada Allah saat aku lahir dulu, aku akan minta agar Allah mensettingku untuk menjadi apa yang ayah dan ibu impikan saat aku dewasa. Aku sangat ingin sekali untuk bisa jadi seperti apa yang kalian impikan.
Ayah...ibu..maafkan aku...jiwaku bukanlah untuk jadi pegawai. Mimpiku bukanlah jadi manager. Karna aku terlahir sebagai INDAH....ya..aku adalah indah anakmu, mimpiku adalah mempunyai sekolah. Sekolah !! Sekolah impianku yang bisa membuat generasiku cerdas, dan berakhlak mulia. ya Sekolah...yang bisa menjadi pemberat amalku ketika aku dihisab nanti. ya Sekolah yang bisa menjadikan bangsa ini harum namanya. ya Sekolah yang bisa membuat kalian bangga dengan anakmu.
Ayah..Ibu..bersabarlah...jalan menuju SUKSESku sudah dekat. Hanya ridho dan do'a kalian yang paling aku harapkan. Semoga aku masih mempunyai waktu untuk mewujudkan mimpiku.
Ya Allah, mudahkanlah urusanku. Jika hamba boleh meminta maka Janganlah Engkau cabut nyawaku sampai aku bisa membuat tersenyum kedua orang tuaku. Amien.
Ayah..Ibu....aku sayang kalian
Ayah...Ibu...aku ingin membahagiakan kalian
Aku ingin kalian tersenyum melihatku SUKSES.
Aku ingin kalian tersenyum melihatku SUKSES.
-salam ruang rindu-
di penghujung malam dengan setetes air mata
2 komentar:
ikutan giveaway yin's yuk sist :)
http://yinsbeautyaccessories.blogspot.com/2013/03/one-year-giveaway.html
ikutan giveaway yin's yuk sist :)
http://yinsbeautyaccessories.blogspot.com/2013/03/one-year-giveaway.html
Posting Komentar